Senin, 20 Februari 2012 0 komentar By: Pray Nadeak

Omne Ovum Ex Vivo: Syair Cinta Anak Statistik

Omne Ovum Ex Vivo: Syair Cinta Anak Statistik: Cinta itu bagaikan median berada di tengah dua kuartil yang sedang kasmaran dan juga bagaikan korelasi antara dua variabel yang berlai...

Omne Ovum Ex Vivo: Terowongan

Omne Ovum Ex Vivo: Terowongan: (''aku'' bukan penulis) Suatu hari aku dan Tuhan sedang berjalan melewati sebuah terowongan gelap yang bernama ''masalah'' dengan Tuhan ...

Omne Ovum Ex Vivo: Ayah dan Anaknya

Omne Ovum Ex Vivo: Ayah dan Anaknya: Suatu hari seorang ayah mengajak anaknya yang masih remaja untuk berjalan-jalan menikmati sejuknya pagi. Setelah setengah jam berlalu, mer...

Syair Cinta Anak Statistik

Cinta itu bagaikan median
berada di tengah dua kuartil
yang sedang kasmaran
dan juga bagaikan korelasi
antara dua variabel yang berlainan
yang saling mempengaruhi satu dan yang lain
. . .
Cinta itu bagaikan random sampling
memilih siapa saja dengan peluang yang sama
tanpa pandang bulu
. . .
tapi terkadang
cinta itu TIDAK ADIL!!
karena hanya mencakup data sampel
bukan data sensus
seperti yang diharapkan
. . .
jadi siapakah yang bisa menilai sejatinya cinta??

hanya data time series-lah yang dapat menjawabnya

Terowongan

(''aku'' bukan penulis)

Suatu hari aku dan Tuhan sedang berjalan melewati sebuah terowongan gelap yang bernama ''masalah'' dengan Tuhan di sisiku sembari memegang obor penerang.

Aku rasa tak sabar sehingga aku pun berjalan cepat dan meninggalkan Tuhan di belakangku dengan obor penerang-Nya. Jauh, jauh, jauh dan semakin jauh aku berjalan meninggalkan Tuhan, berjalan dengan hikmat dan pengertianku sendiri hingga tanpa terasa aku telah berjalan jauh dalam kegelapan yang makin pekat dan gelap tanpa ditemani Tuhan.

Dan tak brapa lama waktu berselang aku berjalan, aku pun menabrak dinding terowongan di depanku, dinding yang cukup besar. Aku pun meraba-raba, mencari jalan keluar dalam kegelapan yang pekat, namun tak jua kutemukan. Akhirnya aku pun terduduk, menangis, meratap dan merasa putus asa karna tak menemukan jalan keluar di tengah kegelapan yang pekat itu. Aku merasa terjebak di jalan yang buntu.

Di saat aku sedang asyik dengan tangis dan ratapku, Tuhan, yang tadi kutinggalkan, datang menghampiriku seraya berkata, ''bangunlah nak, ini hanya tikungan, bukan jalan buntu, bukan akhir dari perjalananmu!''
Kemudian Tuhan pun mengarahkan obor penerangnya ke sisi kananku dan aku pun melihat sebuah celah kecil yang bisa dilalui manusia. Tuhan pun berkata, ''Nak, celah kecil ini adalah lanjutan dari tikungan tadi. Berjalanlah ke dalamnya! Perjalananmu belum berakhir!''

Aku pun berdiri, kemudian memeluk Tuhan seraya berkata, ''Terima kasih Tuhan. Maaf ku tlah meninggalkan-Mu dan telah berjalan menurut pengertianku sendiri. Sekarang kumohon agar Engkau yang berada di depanku slama perjalanan ini. Tuntun aku agar keluar dari terowongan 'masalah' ini.''

Tuhan pun menjawab, ''Baiklah, karna Aku yang menuntunmu, kau pun harus menuruti Aku. Kau harus berjalan mengikutiku meskipun harus melewati celah yang kecil seperti ini dan percayalah bahwa Aku akan menuntunmu keluar dari terowongan 'masalah' ini, meski hanya melalui celah kecil seperti ini.''

Dan akhirnya aku dan Tuhan pun kembali bersama-sama berjalan melewati terowongan ''masalah'' ini dengan Tuhan sebagai penuntunku di depan.

Ayah dan Anaknya

Suatu hari seorang ayah mengajak anaknya yang masih remaja untuk berjalan-jalan menikmati sejuknya pagi. Setelah setengah jam berlalu, merekapun berhenti tuk beristirahat. "Yah, mana jalan menuju tempat yang sangat indah yang sering ayah ceritakan itu?" tanya anaknya. "Kamu jalan sedikit ke sana, terus belok kiri,"   jawab sang ayah. Anak itu kemudian berjalan sendiri menuju ke tempat yang dimaksud sang ayah."Hah, ini jalan buntu !" keluh si anak. Memang benar, sebab di ujung jalan itu ada tembok yang berdiri kokoh. "Barangkali aku salah mengerti maksud ayah," pikir sang anak sambil menghibur diri. Dia berbalik dan menemui ayahnya dan bertanya sekali lagi, "Yah, dimana tempat yang sangat indah itu?"  Sang ayah tetap menunjuk ke arah yang sama. Anak itu berbalik dan kembali berjalan ke arah itu lagi. Namun lagi-lagi si anak hanya menemukan sebuah tembok yang menutupi jalan tersebut. Awalnya si anak berpikir bahwa ayahnya pasti bergurau. Akan tetapi, setelah beberapa kali, dia merasa bahwa ayahnya mempermainkannya. Untuk yang kesekian kalinya ia bertanya kepada ayahnya, kali ini dnegan nada suara yang menunjukkan kekesalannya. "Ayah, aku sudah menuruti petunjuk ayah, tetapi yang kutemui dari tadi hanyalah sebuah jalan buntu. Aku bertanya sekali lagi ayah, yang manakah jalan menuju ke tempat indah yang ayah maksud itu? Aku mohon ayah jangan berbohong lagi ya." sang ayahpun menjawab, "Di situlah jalan menuju ke tempat indah itu. Hanya beberapa langkah saja di balik tembok itu. Di situ ada banyak batu dan kamu harus bisa menyusunnya sehingga bisa digunakan untuk melewati tembok itu. Di balik tembok itulah ada tempat yang sangat indah itu."

Betapa sering kita gagal dalam suatu rintangan dan tidak berani mengatasinya. Masalah yang ada kita anggap sebagai sebuah tembok yang kokoh yang tidak mungkin untuk dilewati. Ditambah lagi dengan masalah-masalah kecil yang bagaikan batu-batu yang siap menghambat langkah kita. Lalu kita putus asa dan mundur atau berbalik arah. Janganlah lakukan itu! Jika Anda ingin menuju ke "tempat yang indah itu" (kesuksesan), tetaplah berdiri teguh dan maju terus untuk menghadapi segala rintangan yang ada. Tetaplah semangat menjalani hidup ini !

Orang yang bisa melihat kesempatan untuk menang dari masalah yang menghalanginya adalah orang yang sukses.
Sesungguhnya di balik setiap kesulitan ada kemudahan.